16 Maret, 2023
Kebanyakan dari kita bermimpi untuk memiliki aliran pendapatan yang reguler dan konsisten di masa pensiun. Tapi seberapa achievable kah tujuan ini? Kenyataannya, sekalipun Anda tidak menikmati skema masa pensiun yang didanai dengan baik dari pihak pemberi kerja, seperti yang diperoleh para pegawai negeri, Anda masih tetap dapat menikmati pendapatan melalui perencanaan investasi yang baik.
Ada berbagai macam strategi investasi di masa pensiun. Sebelum memilih investasi yang paling tepat bagi Anda, ada baiknya Anda mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini:
Mari kita lebih dulu berbicara mengenai MPF (Mandatory Provident Fund / Dana Simpanan Wajib) yang biasanya orang tidak asosiasikan dengan pendapatan reguler. Dalam kondisi normal, seorang pegawai harus menunggu hingga berusia 65 tahun sebelum dapat mengambil kontribusi MPF wajibnya yang dapat dikurangkan dari pajak. Meskipun ada batas usia legal sebelum seseorang dapat menarik dana MPF nya, namun mereka yang telah berusia 65 tahun tidak serta merta harus mengosongkan rekening MPF nya.
Dengan kata lain, penggunaan rekening MPF tidaklah berhubungan langsung dengan usia pekerja. Bila tidak ada kebutuhan pendanaan yang mendesak setelah pensiun, pekerja dapat memilih untuk tetap mempertahankan rekening MPF nya dan menunda pengambilan dana MPF nya melampaui usia 65 tahun. Dengan melakukan hal ini, dana di dalam rekening MPF dapat tetap terinvestasikan serta dapat mengambil keuntungan dari potensi apresiasi modal dan/atau peluang memperoleh pendapatan.
Pensiunan tanpa employment income mungkin lebih cocok dengan investasi yang menghasilkan pendapatan bulanan (cashflow). Saat ini beberapa trustee dan perusahaan dana MPF menawarkan dana pendapatan dengan fitur distribusi dividen bulanan. Share class dari beberapa retail berawal dari ide untuk memperoleh distribusi bulanan serta meningkatkan keseluruhan nilai dividen.
Bila Anda cukup beruntung untuk menjadi tuan tanah yang tidak harus berurusan dengan penyewa yang nakal, Anda akan memperoleh pembayaran uang sewa secara teratur. Karena itu, membeli properti lalu menyewakannya akan dapat menghasilkan pemasukan bulanan. Tentu saja, sebelum melakukan investasi apapun, Anda dianjurkan untuk melakukan riset terlebih dahulu, karena pajak yang berhubungan dengan pendapatan dari penyewaan rumah dapat mengurangi pemasukan secara keseluruhan. Lebih jauh lagi, real estat sebagai aset sifatnya kurang likuid, yang artinya Anda mungkin tidak akan dapat menghasilkan dana tunai dengan cepat dari aset ini di saat darurat.
Dua macam investasi lainnya yang cukup populer adalah ekuitas (misalnya saham-saham berdividen tinggi dari perusahaan-perusahaan besar) dan obligasi (misalnya obligasi pemerintah atau obligasi yang berhubungan dengan inflasi). Kedua aset ini lebih likuid, dengan dividen yang dibayarkan setiap kuartal atau setengah tahunan. Oleh karena itu, investasi ini mungkin kurang cocok untuk para pensiunan yang menginginkan pendapatan bulanan.
Selain itu, para pensiunan harus menghadapi risiko konsentrasi yang lebih tinggi saat berinvestasi pada saham tunggal atau obligasi, karena ada kalanya emiten mungkin saja tidak dapat melakukan pembayaran kepada investor karena berbagai faktor, seperti kondisi finansial maupun atas permintaan pihak berwenang. Namun, bila membandingkan antara kedua model investasi ini, meletakkan dana di dalam sebuah keranjang berisi beragam holding akan dapat menawarkan diversifikasi risiko yang lebih baik dengan manfaat likuiditas yang serupa dengan ekuitas.
Perlu dicatat bahwa sarana investasi yang menawarkan payout ini tidak hanya menarik bagi para pensiunan, tapi juga cocok bagi para investor yang menantikan kesempatan untuk mewujudkan tujuan finansial tertentu serta dapat memanfaatkan dana tunai yang tidak terpakai melalui alokasi aset yang aktif dan fleksibel agar memperoleh pemasukan.
IDB: Inflasi domestik kembali melandai
Baca selengkapnyaIWH: Pasar merespon positif nominasi menteri keuangan AS
Investment Weekly Highlights
IDB: Pemerintah menetapkan kenaikan UMP 2025 di 6.5%
Baca selengkapnya