Outlook makro dan kelas aset tahun 2025:

Persinggungan antara beberapa faktor akan sangat vital dalam membentuk lanskap investasi di tahun 2025. Langkah-langkah proteksionisme Presiden terpilih Trump dapat memicu perlambatan globalisasi dan aktivitas perdagangan global. Selain itu, lebih dari separuh bank sentral dunia telah mulai memangkas suku bunga, dengan bunga pinjaman di pasar negara maju bergerak ke arah netral. Kendati demikian, kecepatan terjadinya hal ini masih belum pasti.
Dengan latar belakang tersebut, bagaimana seharusnya investor menyeimbangkan lanskap keuangan, risiko, dan peluang dalam portofolio mereka? Kami meyakini adanya ruang untuk pertumbuhan relatif dan peluang investasi. Selain itu, pasar yang tidak terlalu bergantung pada perdagangan dan memiliki lebih banyak ruang untuk pelonggaran moneter dan fiskal kemungkinan besar akan diuntungkan. Dengan pergerakan suku bunga yang cenderung tidak menentu, kami memandang investasi yang dapat memberikan reguler income seperti kelas aset obligasi akan tetap relevan di tahun 2025 dan seterusnya.

Indonesia sendiri tak luput dari tantangan global, dukungan dari sisi fiskal diperlukan untuk mengawal pertumbuhan ekonomi 2025 dalam upaya jaga stabilitas Rupiah dan potensi pelemahan ekspor imbas dari kebijakan tarif AS. Di sisi lain, perang tarif juga berpotensi picu peningkatan Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia dengan komitmen investasi di sektor teknologi tinggi diharapkan mendukung pengembangan industri domestik dan memberi nilai tambah.
Perbaikan konsumsi dan daya beli akan menjadi fokus utama, terlebih ekonomi Indonesia yang berorientasi domestik mampu menjadi tameng terhadap risiko perlambatan ekonomi global. Kebijakan pemerintah untuk mendorong konsumsi dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi 2025. Selanjutnya jika angka inflasi domestik masih rendah dengan potensi pemangkasan BI Rate yang sangat terbuka akan membawa efek positif bagi aset finansial salah satunya instrumen obligasi.