17 Maret, 2023
Saham perbankan mengalami tekanan setelah beberapa bank mengalami kegagalan dalam beberapa hari terakhir ini. Apa yang terjadi, dan bagaimana hal ini memengaruhi outlook kami terhadap industri tersebut ke depannya?
Bank-bank regional mengalami guncangan selama seminggu terakhir setelah pihak otoritas Amerika Serikat menutup dua bank hanya dalam hitungan hari, yang merupakan peristiwa kegagalan bank (bank failure) sejak 2020 dan merupakan salah satu yang terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Pada 9 Maret 2023, sebuah perusahaan pemberi pinjaman yang mengkhususkan diri pada perusahaan-perusahaan teknologi mengumumkan akan dilakukannya restrukturisasi atas portofolio obligasi siap jualnya senilai USD 21 miliar dengan maksud untuk menghimpun dana segar serta mengalihkan neraca pada aset-aset dengan durasi lebih pendek sembari meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang. Penjualan sekuritas tersebut, yang terkonsentrasi pada obligasi-obligasi jangka panjang, menyebabkan kerugian sebesar kurang lebih USD 1,8 miliar.
Pihak manajemen perusahaan tersebut menyampaikan pada para investor bahwa restrukturisasi ini akan meningkatkan pendapatan sebesar USD 450 juta setahun dengan memperkenankan mereka untuk berinvestasi kembali pada obligasi dengan bunga yang lebih tinggi. Namun, meskipun pihak perusahaan telah memberikan mengenai keuntungan yang bisa diperoleh tersebut, para investor menolak untuk turut berpartisipasi dalam wacana peningkatan modal umum sebesar USD 2,25 miliar tersebut yang pada gilirannya menyebabkan nasabah kehilangan kepercayaan, sehingga terjadi aksi jual besar-besaran atas saham perusahaan tersebut. Pada tengah hari tanggal 10 Maret, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) menutup perusahaan perbankan tersebut serta merilis pernyataan bahwa mereka akan mengambil langkah perlindungan terhadap para deposan berasuransi.
Berita kedua yang menimbulkan gejolak dalam komunitas perbankan adalah likuidasi sukarela pada sebuah bank yang selama ini merupakan perantara utama dalam industri cryptocurrency. Bank tersebut telah menjadi bank utama bagi sebuah crypto exchange yang baru saja tumbang, yang menyumbang lebih dari 10% basis depositnya. Dengan runtuhnya crypto exchange tersebut, bank ini telah terus berada dalam tekanan sejak musim gugur yang lalu.
Selain itu, peran bank tersebut yang besar di dalam industri kripto berarti bahwa downturn yang terjadi dalam industri tersebut menyebabkan menurunnya besaran simpanan dari nasabah yang lain. Tekanan dari pihak pembuat kebijakan agar bank-bank mengurangi eksposur mereka terhadap kripto juga semakin menyebabkan menurunnya simpanan.
Menanggapi hal ini, bank tersebut memutuskan untuk melakukan likuidasi secara sukarela, mengembalikan seluruh uang simpanan para deposan, lalu mengembalikan seluruh dana yang tersisa kepada para pemegang saham; namun kemudian timbul pertanyaan mengenai apa yang akan tersisa bagi para pemegang ekuitas mengingat kondisi pasar yang volatile saat ini.
Ketika berita mengenai bank failure menyebar, nasabah di bank-bank lain mulai turut menarik dana mereka. Pada Minggu malam, sebuah bank yang berpusat di New York diambil alih oleh pihak berwenang, menjadikan ini peristiwa bank gagal ketiga hanya dalam hitungan hari.
Bank tersebut juga pemain besar dalam industri cryptocurrency serta merupakan salah satu pemberi pinjaman terbesar dalam industri tersebut, yang semakin memperbesar ketakutan para nasabah sehingga memengaruhi besaran simpanan pada bank tersebut.
Sebagai upaya untuk mencegah agar kondisi di atas tidak menular pada bank-bank lain serta untuk meredam ketakutan para nasabah, US Federal Reserve (The Fed) merilis pernyataan pada hari Minggunya mengenai pemberian fasilitas pinjaman darurat untuk “membantu pihak bank memenuhi kebutuhan seluruh nasabah mereka”. Dibentuknya Bank Term Funding Program memungkinkan adanya pemberian pinjaman dengan tempo hingga satu tahun kepada bank dan institusi simpan pinjam lainnya, dengan US Treasuries, agency debt, serta sekuritas berbasis mortgage sebagai jaminan. Aset-aset tersebut akan dinilai secara setara sehingga bank tidak perlu menjual rugi aset-aset mereka.
Pada saat yang sama, Departemen Keuangan AS, The Fed, dan FDIC mengeluarkan pernyataan bersama yang mengumumkan adanya pengecualian risiko sistemik untuk dua bank, yang menjamin bahwa semua deposan di lembaga ini akan terlindungi sepenuhnya. Program ini akan didanai melalui Deposit Insurance Fund (DIF), sekumpulan dana yang diperoleh dari asesmen triwulanan terhadap bank-bank yang berasuransi. Berkurangnya dana DIF akan dapat dikembalikan melalui dilakukannya asesmen khusus terhadap bank-bank, sehingga hal tersebut tidak menjadi beban masyarakat pembayar pajak.
The Fed memutuskan untuk tidak lagi memperluas jaring pengaman bagi bank-bank regional lainnya – sesuatu yang merupakan wewenang The Fed. Respon ini tidaklah perlu diambil, namun tanpa adanya hal ini pasar ke depannya diperkirakan akan terus volatile dalam jangka pendek.
Meskipun langkah luar biasa yang diambil oleh pihak berwenang tersebut menunjukkan kepedulian mereka terhadap penyebaran kondisi keuangan yang buruk, upaya tersebut tidak berhasil memberikan jaminan mengenai simpanan dalam industri perbankan secara keseluruhan. Akibatnya, harga saham sektor perbankan terus mengalami tekanan pada hari Seninnya saat para investor masih berusaha memahami kondisi yang terjadi.
Sebagian deposan tampak masih tetap khawatir, yang akan memberikan tekanan kepada simpanan dengan angka di atas USD 250.000 selagi para deposan mencoba mencari aman dari bank-bank yang mereka yakini dalam kondisi yang lebih aman; meski begitu, langkah-langkah yang diambil oleh The Fed telah memberikan sarana bagi bank-bank untuk mengatasi masalah likuiditas potensial saat ini.
Kami juga merasa bahwa volatilitas menciptakan peluang investasi untuk industri yang umumnya dicirikan oleh perusahaan bermodal besar dengan tunggakan terbatas dan neraca yang kuat. Aksi pasar menciptakan dispersi di antara saham-saham sektor perbankan tertentu, di mana sebagian akan mengalami tekanan penjualan, sementara yang lain mengalami stabilisasi.
Menurut pandangan kami, banyak masalah yang dihadapi oleh entitas-entitas perbankan yang sekarang telah ditutup tersebut bersifat spesifik untuk institusi-institusi tersebut saja yang disebabkan oleh keterlibatan mereka dalam industri yang harus menghadapi tekanan pendanaan, regulasi, dan hukum yang signifikan. Banyak saham-saham bank yang saat ini mengalami tekanan tidak menghadapi masalah tersebut, karena memiliki basis nasabah yang terdiversifikasi pada beragam industri, yang dapat mengurangi risiko likuiditas mereka. Selain itu, kami meyakini bahwa kebanyakan bank memiliki aset yang diuntungkan oleh suku bunga yang lebih tinggi.
Tidak dapat disangkal bahwa tekanan harga simpanan berakselerasi di kuartal keempat seiring dengan naiknya suku bunga yang terus dilakukan oleh The Fed. Kami juga memperkirakan adanya konsolidasi industri karena tersingkirnya beberapa kompetitor dari pasar.
Meskipun kami tidak dapat memastikan berapa lama kekhawatiran investor terhadap kondisi bank-bank regional akan berlanjut, namun kami meyakini bahwa rentetan volatilitas yang telah terjadi menghadirkan peluang untuk melakukan alokasi kepada institusi-institusi dengan modal yang baik, yang memiliki portofolio yang tahan terhadap perubahan suku bunga serta mempunyai basis simpanan yang beragam. Menurut pandangan kami, bank-bank yang mampu menjaga profil likuiditas yang kuat dan mampu mengambil keuntungan dari suku bunga yang tinggi akan mampu menghasilkan imbal hasil yang bagus melalui ekuitas.
IDB: Pertumbuhan ekonomi AS direvisi naik
Baca selengkapnyaIDB: The Fed Indikasikan pemangkasan suku bunga lebih gradual
Baca selengkapnyaIDB: Ekspektasi BI Rate tetap di 6%
Baca selengkapnya