13 Maret, 2023
Pekan lalu
Volatilitas pasar global meningkat pekan lalu seiring dengan data ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi mendorong kemungkinan The Fed dapat menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Data tenaga kerja nonfarm payroll mencatat 311 ribu pekerja baru di Februari, lebih tinggi dari ekspektasi 225 ribu. Selain itu Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa suku bunga dapat naik lebih tinggi dari yang diantisipasi karena data ekonomi yang tetap kuat dan inflasi persisten. Menjelang akhir pekan pasar AS juga dibayangi oleh kekhawatiran di sektor perbankan AS setelah SVB Financial mengalami kesulitan likuiditas. Pasar masih menganalisis apakah kondisi SVB mencerminkan kondisi industri perbankan AS atau merupakan kondisi yang spesifik terjadi di SVB. Di sisi lain, kondisi SVB membuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed menjadi lebih terbatas. Ekspektasi pasar terhadap puncak suku bunga turun menjadi 5.25% dari sebelumnya 5.50%. Indeks S&P 500 melemah 4.55% pekan lalu dan indeks Dow Jones melemah 4.44%. Imbal hasil UST 10Y turun dari 3.95% ke 3.70% pekan lalu.
Pasar saham kawasan Asia juga melemah pekan lalu dibayangi oleh komentar dari Ketua The Fed yang hawkish. Sementara itu data inflasi China menggarisbawahi pemulihan ekonomi yang relatif moderat; CPI (Feb) tumbuh lebih rendah dibandingkan perkiraan sebesar 1.0% YoY vs estimasi 1.9%, sementara PPI terkontraksi lebih dalam dibandingkan estimasi sebesar -1.4% YoY. Indeks MSCI Asia Pacific melemah 2.01% pekan lalu.
Pasar Indonesia relatif lebih resilien di tengah volatilitas pasar global. IHSG ditutup turun 0.71% pekan lalu, mengungguli kinerja pasar global dan regional. Sektor material mencatat pelemahan terdalam, sementara sektor barang konsumen primer menopang kinerja indeks. Investor asing mencatat pembelian bersih IDR396 miliar di pasar saham pekan lalu. Pasar obligasi ditutup turun terbatas 0.05% dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10Y relatif stabil di kisaran 6.9%. Cadangan devisa (Feb) naik menjadi USD140.30 miliar dari bulan sebelumnya USD139.40 miliar. Sementara itu indeks keyakinan konsumen (Feb) turun ke 122.4 dari sebelumnya 123.0.
Pekan Ini
Data inflasi AS pekan ini akan menjadi perhatian pasar yang dapat menentukan besaran kenaikan suku bunga The Fed di rapat FOMC 21-22 Maret nanti. Ekspektasi pasar inflasi akan turun ke 6.0% dari sebelumnya 6.4%. Data tenaga kerja dan inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dapat mendorong The Fed menaikkan suku bunga 50bps. Sementara itu di Eropa, bank sentral Eropa diperkirakan menaikkan suku bunga 50bps, mempertahankan laju kenaikannya.
Di domestik, pasar akan memperhatikan data neraca perdagangan dan suku bunga Bank Indonesia. Ekspor diperkirakan melemah seiring turunnya harga komoditas sehingga surplus perdagangan diperkirakan turun ke USD3.2 miliar. Sementara itu suku bunga acuan diperkirakan tetap di 5.75%.
IDB: Pasar global menguat pasca data PCE AS yang suportif
Baca selengkapnyaIWH: The Fed sinyalkan pemangkasan suku bunga lebih gradual
Investment Weekly Highlights
IDB: Data PCE AS melandai lebih baik dari ekspektasi
Baca selengkapnya
Pekan ini
Data inflasi AS pekan ini akan menjadi perhatian pasar yang dapat menentukan besaran kenaikan suku bunga The Fed di rapat FOMC 21-22 Maret nanti. Ekspektasi pasar inflasi akan turun ke 6.0% dari sebelumnya 6.4%. Data tenaga kerja dan inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dapat mendorong The Fed menaikkan suku bunga 50bps. Sementara itu di Eropa, bank sentral Eropa diperkirakan menaikkan suku bunga 50bps, mempertahankan laju kenaikannya.
Di domestik, pasar akan memperhatikan data neraca perdagangan dan suku bunga Bank Indonesia. Ekspor diperkirakan melemah seiring turunnya harga komoditas sehingga surplus perdagangan diperkirakan turun ke USD3.2 miliar. Sementara itu suku bunga acuan diperkirakan tetap di 5.75%.