17 Oktober, 2022
Pekan lalu
Kinerja bursa saham Amerika Serikat minggu ini berbalik arah ke zona merah di tengah kekhawatiran dampak negatif inflasi tinggi pada kinerja perusahaan dan daya beli masyarakat; S&P 500 turun 1.55% dan Nasdaq turun 3.11%. Rilis data inflasi yang lebih tinggi dibandingkan perkiraan memupuskan harapan bahwa bank sentral akan mengurangi laju pengetatan kebijakannya. CPI tumbuh 0.4% MoM (vs estimasi 0.2%) dan secara tahunan menjadi 8.2% YoY (vs estimasi 8.1%). Core CPI juga lebih tinggi dibandingkan perkiraan, tumbuh 0.6% MoM dan 6.6% YoY. Pelaku pasar memperkirakan kalau kondisi ini mendorong peluang kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin pada rapat di bulan November dan Desember. IMF memberikan peringatan akan memburuknya prospek ekonomi global disebabkan oleh inflasi tinggi, konflik Rusia-Ukraina dan perlambatan China. IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global di tahun depan menjadi 2.7%, dari perkiraan sebelumnya 2.9% di bulan Juli dan 3.8% di bulan Januari. Ekspektasi inflasi University of Michigan Sentiment dalam 1 dan 5-10 tahun meningkat, masing-masing menjadi 5.1% dan 2.9%. Retail Sales (Sep) tidak berubah, setelah di revisi naik 0.4% pada bulan Agustus menunjukkan pembeli menjadi lebih berhati-hati dalam pembelian barang discretionary. Imbal hasil UST 10 tahun ditutup naik menjadi 4.01% dari penutupan pekan sebelumnya 3.88%.
Pasar saham Asia berbalik melemah minggu ini dibayangi inflasi, konflik geopolitik dan China Covid Zero Policy yang menekan sentimen; MSCI Asia Pacific turun 3.43%. Data inflasi terbaru dari China menunjukkan bahwa inflasi masih relatif rendah disebabkan oleh lockdown yang mempengaruhi kebiasaan belanja; CPI (Sep) lebih rendah dari estimasi sebesar 2.8% dan PPI (Sep) lebih rendah dari estimasi sebesar 0.9%.
Pasar finansial Indonesia juga turut melemah, turun 3.02% sementara BINDO turun 0.20%. Investor asing di pasar saham membukukan penjualan bersih senilai IDR1.22 triliun. Imbal hasil obligasi pemerintah IDR tenor 10 tahun ditutup naik ke level 7.37% dari penutupan pekan sebelumnya 7.24%.
Pekan ini
Pekan ini pasar memperhatikan rilis data ekonomi penting yang dinantikan di China dan Indonesia. Dari China, neraca perdagangan September diperkirakan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, sementara dari dalam negeri neraca perdagangan (Sep) diperkirakan mencatatkan surplus sebesar USD4.85 miliar lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya USD5.76miliar dan suku bunga BI diperkirakan naik 50 basis poin menjadi 4.75%.
IDB: Pasar global menguat pasca data PCE AS yang suportif
Baca selengkapnyaIWH: The Fed sinyalkan pemangkasan suku bunga lebih gradual
Investment Weekly Highlights
IDB: Data PCE AS melandai lebih baik dari ekspektasi
Baca selengkapnya
Pekan ini
Pekan ini pasar memperhatikan rilis data ekonomi penting yang dinantikan di China dan Indonesia. Dari China, neraca perdagangan September diperkirakan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, sementara dari dalam negeri neraca perdagangan (Sep) diperkirakan mencatatkan surplus sebesar USD4.85 miliar lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya USD5.76miliar dan suku bunga BI diperkirakan naik 50 basis poin menjadi 4.75%..