26 Desember 2022
Pekan lalu
Ketidakpastian seputar kebijakan The Fed menyusul komentar hawkish dari Federal Reserve dan risiko pelemahan ekonomi yang membebani pertumbuhan menyebabkan bursa saham Amerika Serikat ditutup variatif; selama sepekan S&P 500 turun 0.20%, Dow Jones naik 0.86% dan Nasdaq turun 1.94%. Mantan Presiden Fed New York, William Dudley, memperingatkan bahwa perkiraan terminal rate pelaku pasar yang lebih rendah dibandingkan The Fed dapat membuat bank sentral menjadi semakin ketat. Data ekonomi yang dirilis adalah Conference Board Consumer Confidence Index (Dec) naik lebih tinggi dibandingkan perkiraan ke level tertinggi sejak April yakni 108.3 karena inflasi turun dan pasar tenaga kerja tetap kuat. PDB (3Q) direvisi dari 2.9% menjadi 3.2% karena data Personal Spending yang direvisi lebih tinggi dari 1.7% menjadi 2.3%. PCE Price Index (Nov) tumbuh sesuai estimasi sebesar 5.5% YoY lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 6.1%. Imbal hasil UST 10 tahun naik menjadi 3.74% dari penutupan pekan sebelumnya 3.48%.
Bursa saham Asia melemah dibayangi peningkatan jumlah infeksi Covid-19 di China dan risiko perlambatan ekonomi regional. Optimisme pasar memudar di tengah kekhawatiran dampak lonjakan kasus Covid-19 terhadap ekonomi China. MSCI Asia Pacific turun 0.71%. Bank sentral Jepang (BOJ) mengejutkan pasar dengan menaikkan batas atas dari rentang imbal hasil obligasi dari 0.25% menjadi 0.50%. Kebijakan ini dipandang sebagai langkah awal normalisasi kebijakan moneter Jepang. Nilai tukar Yen menguat terhadap USD dan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10Y naik. Kebijakan ini juga menekan pasar global karena Jepang merupakan investor besar di pasar AS dan Eropa dan dapat menyebabkan arus dana keluar dari kawasan tersebut.
Di tengah aksi jual investor asing, IHSG turun 0.17%. Sejalan dengan ekspektasi pasar, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5.50%. Total kenaikan sepanjang 2022 adalah 200 bps, terjadi dalam 5 bulan terakhir. Gubernur Perry Warjiyo menyatakan kenaikan suku bunga diperlukan untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi impor dan mitigasi dampak perlambatan ekonomi dan pasar keuangan global. Kebijakan moneter 2023 pun masih akan tetap berfokus pada stabilitas pasar uang dan nilai tukar. BINDO menguat 0.15%, di mana imbal hasil obligasi pemerintah IDR tenor 10 tahun naik menjadi 6.92% dari penutupan pekan sebelumnya 6.89%.
Pekan Ini
Menjelang akhir tahun Initial Jobless Claims AS diperkirakan naik menjadi 225 ribu sementara Continuing Claims diperkirakan naik menjadi 1.71 juta orang.
IDB: Pertumbuhan ekonomi AS direvisi naik
Baca selengkapnyaIDB: The Fed Indikasikan pemangkasan suku bunga lebih gradual
Baca selengkapnyaIDB: Ekspektasi BI Rate tetap di 6%
Baca selengkapnya
Pekan Ini
Menjelang akhir tahun Initial Jobless Claims AS diperkirakan naik menjadi 225 ribu sementara Continuing Claims diperkirakan naik menjadi 1.71 juta orang.