5 September, 2022
Pekan lalu
Bursa saham Amerika Serikat melemah di minggu ketiga – S&P 500 turun 3.29%, Dow Jones turun 2.99%, dan Nasdaq turun 4.21% – dibebani komentar hawkish pejabat Federal Reserve yang menguatkan narasi suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama dibandingkan perkiraan. Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester, memperkirakan bahwa suku bunga acuan Fed harus berada di atas 4% pada awal tahun depan, dan bank sentral tidak menurunkan suku bunga di tahun 2023. Komitmen Fed untuk menjinakkan inflasi menyebabkan tekanan pada saham teknologi karena suku bunga yang lebih tinggi menciptakan diskon yang lebih besar untuk nilai sekarang dari keuntungan masa depan. The Fed diperkirakan akan tetap agresif menaikkan suku bunga didukung data tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan. Data lowongan pekerjaan (Jul) naik mendekati rekor tertinggi menjadi 11.2juta, Nonfarm Payrolls (Aug) mencatatkan penambahan pekerja lebih tinggi dibandingkan estimasi sebesar 315ribu, dan data keyakinan konsumen dari Conference Board (Aug) juga naik ke 103.2 dari sebelumnya 95.7. Imbal hasil UST tenor 10 tahun ditutup naik menjadi 3.18% dari penutupan pekan sebelumnya 3.04%.
Bursa saham Asia juga melemah di minggu ketiga setelah Federal Reserve mengisyaratkan akan terus menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, MSCI Asia Pacific turun 3.89%. Pasar saham Asia turut melemah seiring data survei manufaktur China yang mengalami kontraksi; Caixin Markit PMI turun ke level 49.5, dan data resmi dari pemerintah juga menunjukkan hal yang sama di level 49.4. Berita mengenai COVID lockdown yang terjadi di Chengdu, kota berpenduduk 21 juta jiwa juga semakin membuat lesu pasar.
Pasar saham Indonesia rebound, IHSG menguat 0.59% sementara BINDO bergerak flat. Investor asing di pasar saham membukukan pembelian bersih mingguan senilai IDR2.43 triliun. Pemerintah akhirnya mengumumkan kenaikan harga BBM dengan rentang dari 16% hingga 32%, dan sebagian subsidi BBM akan dialihkan untuk bantuan yang lebih tepat sasaran. Bantuan langsung tunai sebesar IDR12.4 triliun akan diberikan kepada 20.56 juta keluarga kurang mampu, dengan rincian sebesar IDR150 ribu per bulan akan diberikan mulai September selama 4 bulan. Rilis data ekonomi bulan Agustus menunjukkan terjadinya deflasi 0.21% sehingga secara tahunan inflasi umum mencapai 4.69%, turun dari bulan sebelumnya 4.94%. Sementara itu aktivitas manufaktur masih ekspansif, indeks PMI meningkat 0.3 poin dari bulan sebelumnya, saat ini di level 51.7. Imbal hasil obligasi pemerintah IDR tenor 10 tahun ditutup naik menjadi 7.14% dari penutupan minggu sebelumnya 7.06%.
Pekan ini
Pekan ini pasar akan memperhatikan beberapa rilis data ekonomi penting dari China, dan Indonesia. Neraca perdagangan China (Aug) diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, di mana ekspor impor diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.
IDB: Pertumbuhan ekonomi AS direvisi naik
Baca selengkapnyaIDB: The Fed Indikasikan pemangkasan suku bunga lebih gradual
Baca selengkapnyaIDB: Ekspektasi BI Rate tetap di 6%
Baca selengkapnya
Pekan ini
Pekan ini pasar akan memperhatikan beberapa rilis data ekonomi penting dari China, dan Indonesia. Neraca perdagangan China (Aug) diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, di mana ekspor impor diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.