21 November 2022
Pekan Lalu
Komentar hawkish pejabat The Fed memicu aksi profit taking pasar saham Amerika Serikat, selama sepekan S&P 500 turun 0.69%, Dow Jones turun 0.01% dan Nasdaq turun 1.57%. Beberapa pejabat The Fed seperti Wakil Ketua Lael Brainard, Chris Waller dan James Bullard menyampaikan nada serupa yang mendukung kebijakan moneter dipertahankan di zona restriktif untuk memastikan inflasi kembali ke target The Fed di 2%. Meskipun data ekonomi mengindindikasikan tekanan inflasi mulai mereda – data producer price index (Oct) tumbuh lebih rendah dari ekspektasi 0.2% MoM/8.0% YoY – namun Presiden Fed St Louis James Bullard menyatakan bahwa kondisi tersebut masih belum cukup bagi bank sentral beralih menjadi dovish. Ia menyatakan untuk memerangi inflasi, sekurang-kurangnya suku bunga masih harus naik ke kisaran 5.25%, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di 4.75 – 5%. Di sisi lain data penjualan ritel (Oct) tumbuh 1.3% MoM, lebih tinggi dari ekspektasi 1.0% dan merupakan pertumbuhan tertinggi dalam delapan bulan. Imbal hasil UST 10 tahun naik ke level 3.82% dari penutupan pekan sebelumnya 3.81%.
Bursa saham Asia menguat di minggu ketiga – MSCI Asia Pacific naik 0.52% – didukung perkembangan positif stimulus bagi sektor properti China, pertemuan Xi Jinping dengan Joe Biden di G20 yang dipandang sebagai sinyal berkurangnya tensi AS-China dan pelonggaran kebijakan Covid China yang dianggap pasar sebagai sinyal pemerintah China beralih fokus untuk mendukung pemulihan ekonomi. Data ekonomi yang dirilis China adalah Industrial Production dan Retail Sales (Oct) tumbuh lebih rendah dibandingkan estimasi dan bulan sebelumnya, masing-masing +5.0% YoY dan -0.5% YoY.
Dari domestik, serangkaian data ekonomi yang dirilis adalah neraca perdagangan (Oct) mencatatkan surplus USD5.67 miliar lebih tinggi dari ekspektasi USD4.5 miliar di mana ekspor tumbuh 12.30% YoY dan impor tumbuh 17.44% YoY. Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan 50 bps ke level 5.25%, level tertinggi sejak 2016. Pada saat yang sama Gubernur BI juga menyatakan bahwa inflasi 2022 diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan awal di level 5.9%, dari proyeksi sebelumnya 6.3%. Neraca Pembayaran Indonesia (3Q) mencatatkan defisit USD1.3 miliar dikarenakan surplus pada transaksi berjalan lebih rendah dibandingkan defisit transaksi modal dan finansial. Neraca Berjalan (3Q) membukukan surplus USD4.4 miliar atau setara 1.3% dari PDB, nilai ini lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya USD4 miliar atau setara 1.2% dari PDB. IHSG terkoreksi 0.10%, sementara BINDO menguat sebesar 0.76%. Investor asing di pasar saham membukukan penjualan bersih senilai IDR2.19 triliun. Imbal hasil obligasi pemerintah IDR tenor 10 tahun turun ke level 7.05% dari penutupan pekan sebelumnya 7.06%.
Pekan Ini
Pekan ini pasar akan memperhatikan rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat, salah satu yang dinantikan adalah risalah FOMC meeting bulan November untuk mengetahui arah kebijakan moneter ke depannya.
IDB: Menantikan rilis data inflasi AS
Investment Daily Bread
IDB: Pasar melemah mencerna ekspektasi perubahan suku bunga AS
Investment Daily Bread
IWH: Kekhawatiran tekanan inflasi AS
Investment Weekly Highlights
Pekan Ini
Pekan ini pasar akan memperhatikan rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat, salah satu yang dinantikan adalah risalah FOMC meeting bulan November untuk mengetahui arah kebijakan moneter ke depannya.