14 Desember, 2021
Menurunnya angka kelahiran menjadi indikator bagi keberlanjutan ekonomi Asia. Menanggapi hal tersebut, banyak pemerintahan yang mempertimbangkan pemberian insentif untuk mendorong terbentuknya keluarga yang lebih besar. Kebijakan yang terus berevolusi ini memiliki peran yang vital, karena kawasan tersebut tampaknya mengalami penuaan populasi dengan sangat cepat. Tren demografi Asia mungkin tampak konsisten, namun hal tersebut dipengaruhi pula oleh beragam faktor, tergantung pada angka kelahiran serta tujuan populasi di masing-masing negara atau market.
Berikut beberapa angka demografi yang menarik
Pentingnya untuk mengatasi penurunan angka fertilitas di Jepang
Pada 2020, angka fertilitas di Jepang menyentuh titik terendah di 1,34 (lebih rendah sekitar 0,5 poin dari target pemerintah yaitu 1,85 sebelum 2025) yang merupakan salah satu yang terendah di dunia. Kelemahan yang terus terjadi tersebut menambahkan semakin banyak kekhawatiran mengenai dampak penurunan tersebut terhadap perekonomian.
Menyusutnya tenaga kerja di Thailand
Populasi di Thailand mengalami penuaan dengan pesat, dan trennya tidak menunjukkan adanya tanda-tanda hal tersebut akan mereda dalam waktu dekat. Jumlah orang yang berusia 65 tahun ke atas di negara tersebut diproyeksikan akan meningkat dari angka 13% saat ini menjadi 31% pada 2060. Bila kenaikan tersebut terbukti akurat, hal tersebut akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi negara tersebut sebesar 0,86% di dekade 2020an.
Baby bonus yang lebih tinggi di Singapura
Salah satu langkah yang diambil di Singapura untuk mengatasi menurunnya angka fertilitas adalah pemberian baby bonus yang lebih tinggi dari pemerintah untuk kelahiran anak kedua di setiap keluarga. Para pasangan yang memenuhi syarat akan memperoleh uang tunai serta development account yang dapat dicocokkan oleh para orang tua untuk setiap dolarnya. Akun tersebut dapat digunakan untuk membiayai pendidikan dan pelayanan kesehatan sang anak. Angka baby bonus tersebut dinaikkan hingga mencapai SGD 31.000 di 2021 sebagai insentif bagi keluarga yang memiliki dua anak.
China saat ini mengizinkan keluarga untuk memiliki tiga anak
Data sensus di China menunjukkan bahwa sekitar 12 juta anak dilahirkan di negara tersebut pada 2020, sebuah penurunan yang cukup signifikan dari angka 18 juta di 2016. Kekhawatiran terbesar yang timbul adalah karena kenyataan bahwa angka tersebut adalah angka kelahiran terendah yang pernah tercatat sejak 1960an. Beberapa pengamat meyakini bahwa penyebab utama dari hal tersebut adalah karena tingginya biaya untuk membesarkan anak di kota-kota di negara tersebut. Meskipun begitu, masih ada kalangan masyarakat yang mau memiliki anak kedua, dan pemerintah memutuskan untuk menjadikan kalangan tersebut target dari sebuah perubahan kebijakan. Pada Mei 2021, pemerintah China menaikkan batas jumlah anak yang diizinkan di dalam sebuah keluarga menjadi tiga anak.
India berencana untuk membatasi angka kelahiran
Dua negara bagian yang paling padat di India telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa setiap keluarga tidak memiliki anak lebih dari dua. Di Uttar Pradesh, yang adalah negara bagian terbesar di India, di mana kepadatan populasinya mencapai dua kali lipat dari rata-rata nasionalnya, pemerintah negara bagiannya tengah menggodok rancangan undang-undang yang di dalamnya menyatakan bahwa pasangan yang memiliki lebih dari dua anak tidak bisa memperoleh tunjangan ataupun subsidi. Selain itu, mereka juga tidak dapat bekerja sebagai pegawai pemerintah daerah. Sementara itu, ada insentif yang akan diberikan kepada pasangan yang mendaftarkan diri untuk melakukan sterilisasi, termasuk di dalamnya bantuan finansial untuk membeli atau membangun rumah.
Indonesia tengah mengupayakan penurunan angka kelahiran
Seperti India, Indonesia juga mengalami pertumbuhan angka populasi. Pada saat ini, angka fertilitas di Indonesia adalah tiga anak per satu perempuan. Pemerintah Indonesia berencana untuk menurunkan angka tersebut ke 2,1 sebelum 2025. Untuk itu, pihak yang berwenang mencoba mengambil langkah-langkah yang dapat menurunkan angka tersebut. Hal ini mencakup insentif keluarga berencana serta kontrasepsi yang lebih baik, termasuk juga mendorong masyarakat untuk menunda pernikahan hingga di usia yang lebih matang nantinya.
IDB: Arus dana asing menopang kinerja pasar saham domestik
Baca selengkapnyaIDB: Inflasi domestik kembali melandai
Baca selengkapnyaIWH: Pasar merespon positif nominasi menteri keuangan AS
Investment Weekly Highlights