15 April 2025
Di tengah eskalasi tarif antara Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia, pasar melemah secara signifikan seiring meningkatnya kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi dan tidak stabilnya sentimen investor serta kepercayaan konsumen, dan beberapa pasar berada di ambang jurang bearish pada saat artikel ini ditulis.1 Berikut ini adalah pendapat Nathan W. Thooft, CFA, CIO, Multi-Asset Solutions Team, Global Equities, mengenai alokasi aset di tengah kondisi saat ini.
Kita memasuki tahun 2025 dengan ekspektasi ketidakpastian kebijakan lebih besar dan volatilitas pasar-sebuah skenario yang pasti terjadi pada kuartal pertama. Namun, pengumuman tarif baru-baru ini - dengan skala yang lebih besar dan lebih tinggi dari yang diharapkan - telah membawa disrupsi yang lebih tinggi lagi.
Dalam pandangan kami, periode volatilitas dan ketidakpastian ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga kita melihat adanya pembicaraan tarif yang lebih damai antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya, yang secara historis butuh waktu lama untuk bernegosiasi. Kami perkirakan, bahkan setelah negosiasi, tingkat tarif akan jauh lebih tinggi dibandingkan historis sebelumnya, sehingga perlu adanya kebijakan penyeimbang pertumbuhan lainnya untuk meminimalkan tekanan ekonomi seperti pengurangan pajak, deregulasi, dan pengeluaran fiskal.
Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat menggunakan defisit perdagangan relatif terhadap impor dalam menghitung tarif resiprokal, yang menurut kami dapat mempersulit negosiasi di masa depan karena tidak jelas apa yang harus dikorbankan oleh setiap negara kepada Amerika Serikat untuk mendapatkan keringanan.
Akibatnya, tampak bahwa kerangka kerja kasar yang akan diterapkan Amerika Serikat terhadap mitra dagang lainnya yang cenderung bersikap menantang akan terlihat seperti ini: Tarif balasan diumumkan, Washington menaikkan tarifnya, negosiasi dimulai, dan akhirnya terjadi jeda. Dalam pandangan kami, kemampuan Washington dan mitra dagangnya untuk mencapai kesepakatan dibatasi oleh keinginan pemerintah untuk menghilangkan defisit perdagangan negara.
Semakin lama negosiasi berlangsung, semakin lama pula periode ketidakpastian, dan semakin besar efek lumpuh bagi konsumen, perusahaan, dan investor. Dengan tidak adanya kerangka kerja kebijakan yang jelas, perencanaan menjadi sulit dilakukan. Akibatnya, keputusan yang diambil akan lebih sedikit, mengurangi keputusan pembelian. Kelumpuhan keputusan ini memperparah kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi, yang menyebabkan meningkatnya ketakutan akan terjadinya resesi.
Ketidakpastian bisa jadi melanda, namun kami mengingatkan para investor bahwa pasar sering kali menaklukkan rintangan dan berhasil meruntuhkan tembok kekhawatiran seiring pasar melihat peluang-peluang di masa depan. Namun, ini tidak berarti investor boleh terlena.
Salah satu tema utama kami di 2025 adalah mengadopsi sikap defensif dalam pendekatan kami pada investasi. Di saat kita melihat valuasi saham AS berada di level yang mendekati puncaknya, spread kredit yang ketat, ketidakpastian geopolitik, dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di seluruh dunia - belum lagi potensi perang dagang yang beragam - meningkatkan ketahanan portofolio sambil tetap memanfaatkan potensi keuntungan tampaknya merupakan tindakan yang bijaksana. Bagi investor dengan jangka waktu investasi yang lebih panjang, kami percaya bahwa kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini dapat menghasilkan peluang investasi yang menarik.
Kita telah melihat pasar tergelincir ke dalam mode panik sebelumnya ( Maret 2020 hanya lima tahun yang lalu?). Seperti saat itu dan di periode-periode sebelumnya, penting bagi investor untuk mempertahankan perspektif yang lebih luas dan mempertimbangkan diversifikasi untuk membantu mengurangi dampak terburuk dari pelemahan pasar. Berikut ini adalah cara kami berpikir tentang alokasi aset dalam kondisi saat ini.
Saham
Obligasi
Emas dan aset riil
Meskipun ada kemungkinan bahwa volatilitas pasar akan mereda karena Washington terlibat dalam percakapan yang lebih konstruktif dengan mitra dagangnya, kami memperkirakan prosesnya akan berlarut-larut. Namun demikian, perlu diingat bahwa tidak semua hal perlu diselesaikan sebelum pasar mulai bergerak ke arah yang positif.
Memprediksi kinerja pasar tidaklah mudah, bahkan di periode terbaik sekalipun; bagaimanapun, kami memiliki akses ke data historis yang dapat menjadi panduan bagi kami. Data historis menunjukkan bahwa pasar saham sering kali pulih setelah aksi jual yang tajam, dan rebound ini biasanya tajam, berkelanjutan, dan cepat, menggarisbawahi pentingnya untuk tetap berinvestasi.
Dalam urutan menurun
Dalam pandangan kami, mengadopsi pendekatan aktif dalam berinvestasi, daripada pendekatan reaktif, adalah yang paling masuk akal pada saat ini. Jauh lebih membangun jika kita tetap bijaksana dan penuh pertimbangan, memastikan bahwa keputusan alokasi tetap selaras dengan tujuan jangka panjang. Meskipun peluang dapat muncul di tengah volatilitas, kejernihan pikiran untuk mengenalinya sama penting.
Beberapa minggu ke depan - mungkin, beberapa bulan ke depan - kemungkinan besar akan bergejolak, dan kondisi pasar dapat menguji bahkan investor berpengalaman yang bernyali baja sekalipun. Namun, di saat seperti ini, kami pikir lebih penting lagi untuk tetap terdiversifikasi, gesit, dan yang terpenting, berinvestasi.
1 Bloomberg, per 8 April 2025
Seeking Alpha April 2025: Peluang pasar obligasi di tengah perang tarif
Seeking Alpha
IDB: The Fed tekankan fokus kebijakan menjaga inflasi
Investment Daily Bread
IDB: Menantikan perkembangan kebijakan tarif
Investment Daily Bread